Pages

Subscribe:

Blogroll

Buku tamu

Kamis, 03 November 2011

Riau DBD

DBD di Riau,30 Meninggal Dunia

DBDPEKANBARU - Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Riau 2011 ini meningkat tajam dari tahun sebelumnya. Hingga Oktober, tercatat 1.429 kasus dengan 30 meninggal dunia. Sementara 2010 tercatat 991 kasus.

Dinas Kesehatan Provinsi Riau belum menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) terkait kasus DBD tahun ini. Untuk kabupaten/kota, baru Kabupaten Indragiri Hulu yang telah menetapkan status KLB setelah terjadi peningkatan kasus dua kali lipat dari sebelumnya.

‘’Yang lain belum tahu karena belum ada laporan resmi ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau,’’ kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Katijo Sempono, melalui Kabid Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Andra Syafril pada Riau Pos, Kamis (3/11).

Menurutnya, yang berhak menyatakan KLB adalah Kepala Dinas Kesehatan sesuai Peraturan Menteri.

‘’Memang mengalami peningkatan, namun kini belum bisa dinyatakan daerah mana saja yang KLB karena laporan dari kabupaten/kota belum masuk. Kondisi ini tentunya sulit untuk dilakukan analisa penentuan KLB secara keseluruhan,’’ jelasnya.

Dengan kondisi DBD yang meningkat tajam ini, Dinas Kesehatan Riau mengimbau dilakukan upaya antisipasi oleh kabupaten/kota dan cepat tanggap.

Masyarakat juga diharapkan hidup bersih. Jika dilihat, jumlah kasus DBD dari bulan ke bulan naik turun (fluktuatif). Khusus untuk 2011, jumlah kasus yang tinggi ada di September 306 kasus, sedang Oktober 63 kasus.

‘’Kita ada limit waktu untuk menunggu laporan dari kabupaten/kota, yaitu per tanggal 10 tiap bulan. Kadang kami juga tak bisa memberi keterangan secara keseluruhan dan diperbaharui, karena hanya beberapa kabupaten/kota yang mengirim laporan,’’ tuturnya.

Dikatakannya, kondisi peningkatan DBD ini karena pengaruh cuaca yang sedang musim peralihan (pancaroba) menuju musim hujan. Perantara penularan DBD juga karena virus yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler serta sistem pembekuan darah sehingga mengakibatkan pendarahan.

‘’Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk aedes aegypti dan ini perlu diantisipasi tentunya dengan pola hidup sehat, baik di dalam maupun di luar rumah secara dini dan rutin,’’ ujar Andra.

Untuk kewenangan, lanjutnya, Dinas Kesehatan Riau hanya mendukung. Jika kabupaten perlu logistik untuk antisipasi DBD, akan dibantu. Sedang tindakan nyatanya dilakukan kabupaten/kota.

‘’Selama ini kami sudah berkoordinasi dan laporan soal ini sering masuk ke provinsi namun tak semua kabupaten yang melapor. Untuk bantuan, provinsi tak bisa langsung ke masyarakat, harus melalui kabupaten/kota yang lebih berwenang,’’ tuturnya.

Disebutkannya, langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum terjangkit adalah melakukan fogging atau pengasapan, meski ini hanya mematikan nyamuk dewasa.

Untuk anak nyamuk atau jentik-jentik harus dengan kebersihan warga sendiri dan upaya ini sudah dilakukan imbauan ke kabupaten/kota melalui Dinas Kesehatan di daerah dan Puskesmas.

Inhu KLB, 106 Kasus, 4 Meninggal
Sebelumnya, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) ditetapkan KLB DBD setelah penderita mencapai 106 dan 4 di antaranya meninggal dunia. Menurut Kadiskes Inhu, Zainal Arifin SKM MKes, penderita DBD tahun ini jauh meningkat dibanding tahun lalu yang hanya 25.

Menyikapi hal ini, Diskes Inhu menyiagakan seluruh fasilitas dan tenaga medis. ‘’Setiap dapat informasi terjadinya DBD, Diskes akan langsung melacak dan langsung melakukan tindakan di lapangan guna mencegah penyebaran dengan melakukan fogging pada radius 200 meter,’’ ujarnya.

Beberapa pasien sudah diobati di Puskesmas Kambesko dan Puskesmas Sipayung di Kecamatan Rengat dan Puskesmas Kecamatan Pasir Penyu serta Puskesmas Kecamatan Lirik dan Puskesmas Pekan Heran, Kecamatan Rengat Barat.

Diskes Inhu mengimbau, jika pihak swasta menanggulangi kasus DBD, agar dapat melapor. Ini perlu untuk dilakukan tindak lanjut di lapangan. Warga juga diminta memberantas DBD dengan cara memutus mata rantai penularan.

Melihat data di Diskes Inhu, tahun 2007 penderita DBD mencapai 107, tahun 2008 mencapai sekitar 80, tahun 2009 mencapai 98 dan tahun 2010 sebanyak 25.

‘’Pada 2008 lalu juga ada kasus chikungunya yang juga disebabkan gigitan nyamuk yang menyerang persendian hingga terjadi kelumpuhan. Biasanya sesuai teori, penyakit chikungunya sekali dalam 20 tahun,’’ jelasnya.

Bayi Delapan Bulan Meninggal
Ganasnya DBD merenggut nyawa warga Desa Koto, Telukkuantan Kabupaten Kuantan Singngi. Bayi berusia delapan bulan, Rizik, meninggal dunia, kemarin di Ruang ICU, RS Awal Bros Pekanbaru.

Menurut Direktur RSUD Telukkuantan, dr David Oloan, Kamis (3/11), korban menderita DBD sudah tingkat 4. Korban juga menderita komplikasi gangguan kesehatan, salah satunya alergi. Korban sempat dirawat di RSUD Telukkuantan. Selama perawatan, dia mengalami koma, sehingga dirujuk ke RS Awal Bros untuk perawatan intensif.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan, dr H Djasmuddin Djalal, MKes melalui Kasi Penanggulangan Wabah dan Bencana Diskes Kuansing, dr Emita Ajis mengatakan, penyebab tak tertolongnya nyawa Rizik karena pihak keluarga terlambat melapor perkembangan kondisi kesehatan korban ke pos kesehatan terdekat.

Mengantisipasi terylangnya hal serupa, Emita Ajis mengimbau masyarakat tak segan-segan memberitahu petugas kesehatan jika ada keluarga/saudara/tetangga yang mengalami gangguan kesehatan. ‘’Apakah itu suhu badan agak panas atau lainnya,’’ ujarnya.

Perlu Kesadaran Bersama
Anggota DPRD Riau Abu Bakar Siddik menyatakan keprihatinan dengan mewabahnya DBD di Riau. ‘’Saya sudah coba berkomunikasi dengan Pak Katijo Sempono (Kadiskes Riau) apa yang telah dibuat menghadapi kondisi ini,’’ ujar Abu.

Seperti mengutip keterangan Kadiskes, lanjut Abu, pihak Diskes beberapa bulan lalu sudah membuat surat edaran ke kota/kabupaten agar mengantisipasi datangnya musim hujan di Riau.

Namun karena kini kondisinya kian memburuk, Kadiskes akan kembali membuat surat edaran. Antara lain isinya mengajak warga bergotong royong serentak. Diskes juga sudah mempersiapkan obat-obatan guna menghadapi endemi tersebut.

Yang terpenting dilakukan, menurut Abu, memang bersih-bersih lingkungan secara bersama. Di antaranya mengubur botol, kaleng atau wadah lain yang bisa menampung air bersih yang dijadikan habitat berkembangnya jentik nyamuk. Juga membersihkan drainase yang tersumbat.

‘’Ini memang penyakit yang menyerang sebagian besar masyarakat kota. Ini tak terlepas dari kebiasaan masyarakat kota menggunakan wadah botol atau kaleng dan membuangnya begitu saja usai dipakai. Sehingga jika tergenang air bisa jadi tempat berkembangnya nyamuk sumber penyakit DBD,’’ jelasnya. Kondisi ini harus segera disikapi bersama semua kota/kabupaten. Apalagi dari data BMKG, musim hujan masih akan berlangsung beberapa bulan ke depan.

Sumber : Riau Pos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar